Kamis, 25 Juni 2015

KOMUNIKASI PADA TAHAP PERKEMBANGAN



KOMUNIKASI PADA BAYI

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai berbicara.
Sesaat setelah dilahirkan, bayi sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui gerakan tubuh dan suara. Menangispun menjadi sarana komunikasi bagi sikecil. Setiap tangisannya memiliki arti yang berbeda. Ketika merespon tangisan dan berinteraksi dengannya membantu bayi belajar tentang cara berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.

Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi bayi meliputi:
a.    Fase prelinguistic / pralinguistik
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif dari pada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan bereaksi terhadap suara.

b.    Kata pertama
Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol, dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.
c.    Kalimat pertama
Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja.
d.    Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem dewasa

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa :
a.    Intelegensi (kecerdasan)
b.    Jenis kelamin
c.    Bilingual (dua bahasa)
d.    Status tunggal atau kembar
e.    Rangsangan/ dorongan orang tua.


B.   Perkembangan komunikasi sesuai usia.
Dalam tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak dapat di kelompokan ke dalam 2 kelompok besar yakni kelompok usia 0-6 tahun yang terbagi menjadi tahap prenatal yang terdiri dari massa embrio (mulai konsepsi-8 minggu ) dan massa fetus (mulai 9 minggu-lahir), tahap post natal yang terdiri dari massa neunatus (0-28 hari) dan massa bayi (29 hari-1 tahun), tahap pra sekolah (3-6 tahun), dan kelompok usia 6 tahun ke atas yang terbagi dalam massa pra remaja (6-10 tahun) dan massa remaja (10-18/20 tahun).
Tahapan perkembangan bayi di bagi menjadi 2, yaitu
1.    Massa neonatus (0 - 28 hari),
Pada perkembangan bahasa di tunjukan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel dan pada perkembangan adaptasi sosial di tunjukan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali sesorang.

2.    Massa bayi (28 hari-1 tahun)
Pada massa bayi hingga 1 tahun dalam pertumbuhan dan perkembangan dapat di kelompokan menjadi 3 tahap, tahap pertama adalah 1 - 4 bulan, tahap ke dua 4 - 8 bulan, tahap ke tiga 8 - 12 bulan
a.    Umur 1-4 bulan
Pada perkebangan bahasa di tandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapakan kata ooh atau ah, tertawa dan berteriak, mengoceh sepontan atau bereaksi dengan mengoceh.
Perkembangan adaptasi sosial mulai untuk mengamati tanganya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila di ajak bersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu jaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang di kenal dan tidak dikenal, senang menetap wajah-wajah yang di kenalnya, diam saja apabila ada orang asing.

b.    Umur 4 - 8 bulan
Pada  perkembangan bahasa, dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh kearah suara atau menoleh kearah sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari 2 suku kata dan dapat membuat dua bunyi vocal yang bersamaan seperti ba..ba.
Perkembangan adaptasi sosial merasa terpakasa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal.


c.    Umur 8 – 12 bulan
Pada perkembangan bahasa mulai mampu mengatakan papa, mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapakan 1 – 2 kata, sedangkan perkembangan adaptasi sosial dimulai kemampuan untuk betepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang, main-main bola atau lainnya dengan orang.


Langkah-langkah untuk membantu perkembangan bahasa anak :
1.    Membaca. Kegiatan ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat dilakukan bersama anak setiap hari. Ketika orang tua membaca, tunjuklah gambar yang ada di buku dan sebutkan nama dari gambar tersebut keras-keras. Mintalah anak untuk menunjuk gambar yang sama dengan yang ada sebutkan tadi. Buatlah kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak dan lakukanlah setiap hari.
2.    Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
3.    Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama  tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4.    Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak. Berikan kesempatan baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5.    Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.

C.   Teknik-teknik komunikasi pada bayi
 Beberapa cara komunikasi yang efektif pada bayi :
1.    Tangkap sorot mata bayi sebelum memulai percakapan. Dan tarik perhatiannya lebih lama  untuk mendapatkan respon apresiatif.
2.    Komunikasikan secara berulang setiap kalimat yang disampaikan kepada bayi. Contohnya, mama datang nak, kenapa nangis??? Diulang beberapa kali. 
3.    Dahulukan komunikasi sebelum melakukan tindakan pada bayi.
4.    Lebih responsif. Kita mungkin berpikir,  bayi tidak banyak bicara sampai berusia 1 ½ hingga 2 tahun. Kenyataannya,  bayi "berbicara" sejak  Ia lahir. Bagi bayi mungil, bahasa adalah suara atau gerakan yang membuat orang dewasa di sekitarnya merespon. Kemudian, bayi  baru lahir belajar  bahasa sebagai alat  pertukaran sosial yang  bisa digunakan untuk mendapatkan perhatian dan memenuhi kebutuhan. Seiring pertumbuhan bayi, lakukan komunikasi  dengan beberapa alat, seperti, ekspresi wajah, bahasa tubuh, gerak tubuh, mengoceh, dan akhirnya, kata-kata yang diucapkan. Berjalannya waktu juga menambah kosakata bayi, bahkan sebelum dia mulai berbicara. Dengan menanggapi setiap  respon, dan  berbicara dengan bayi, Kita membantunya memperbaiki dan mengembangkan kemampuan komunikasi. Ketika bayi "bicara", orang tua belajar untuk mendengarkan. Ketika bayi memberi isyarat, memberi gerakan minta digendong, orang dewasa membaca dan merespon menggendong bayi. Ketika isyarat bayi  terbaca dengan tepat dan direspon secara sensitif, bayi termotivasi untuk memberikan isyarat lebih. Bayi juga akan  menyimpan  lebih banyak memori tentang koneksi isyarat-respon  di otaknya. Bayi juga  percaya, dia akan mendapatkan respon yang tepat untuk isyarat. Ketika bayi merasa kebutuhannya kerap terpenuhi dari komunikasi dengan orang tuanya, ini juga meningkatkan kepercayaan bayi.  
5.    Panggil bayi dengan sebutan atau nama. Sementara bayi belum dapat mengaitkan nama dengan dirinya sendiri hingga tahun pertama, mendengarnya kerap dipanggilkan akan memicu asosiasi mental. Bayi juga dapat mengenali  suara khusus ketika kerap mendengar sebelumnya sehingga  sinyal  terdengar lebih menyenangkan.
6.    Tetap sederhana. Gunakan kalimat pendek, terdiri atas dua atau tiga kata, maupun  satu atau dua suku kata dengan gaya pemanjangan sedikit berlebihan, misal: "Chuby sayaaaaang".
7.    Bicara dengan suara yang wajar. Ini merupakan cara yang alami untuk membantu bayi membedakan berbicara di lingkungan  dengan di tempat yang ramai.
8.    Bicara saat suasana tenang. Hindari bicara saat anak menagis.Sebaiknya, ia ditenangkan lebih dahulu.
9.    Kurangi suara-suara yang tidak perlu. Misalnya, kecilkan suara musik saat bicara dengan bayi.
10.  Gendonglah bayi. Atau ambil posisi sejajar dengan bayi, kemudian bicara sambil saling menatap mata.Misalnya, anda sedang menari dengan bayi, katakan anda dan bayi sedang menari.
11.  Ekspresi jelas. Berbicaralah dengan ekspresi jelas. Apakah anda sedang gembira atau mengkhawatirkannya.
12.  Kenali sinyal-sinyal dan bahasa tubuh bayi. Apakah ia sudah ingin berhenti atau masih ingin beraktivitas.
13.  Pusatkan perhatian pada respon bayi. Tanggapi pesan-pesan yang disampaikannya melalui bahasa tubuh atau ekspresi wajahnya.
14.  Gunakan komunikasi positif, jelas dan konsisten. Untuk membantu bayi menyerap suara orang tua. Ini dapat membimbing bayi memahami maksud orang tua.
15.  Jadilah pendengar aktif. Menunjukkan minat dan menghargai lawan bicara sangatlah penting dalam berkomunikasi. Apakah anda pendengar yang baik atau bukan, bayi akan meniru apa yang ia lihat. Anda model bagi si kecil untuk menjadi pendengar aktif
16.  Buat pengalaman menyenangkan. Katakan, "da-dah kuciiing" sembari  melambai  pada kucing peliharaan atau di kejauhan. Bayi mungkin lebih  mengingat kata-kata yang berhubungan dengan gerakan. Berikan kalimat   dengan infleksi di akhir kalimat. Membesar-besarkan kata isyarat. Bayi menjadi bosan dengan suara lama yang sama.
17.  Beri pertanyaan.Tanyakan “Apakah Chuby ingin menyusuu?” , dengan melempar pertanyaan  meninggi atau memanjang di akhir kalimat, dapat memancing respon bayi dan ini adalah sebuah hal yang alami.
18.  Bicarakan apa yang Kita lakukan. Sembari mengerjakan tugas harian seperti mengganti baju, memandikan dan mengenakan pakaian pada bayi, cobalah bernarasi tentang apa yang Kita lakukan. Misal, “..oke sekarang Ibu mengambil popok ya.. lalu kamu pakai baju dulu ya..” . Bayi sesungguhnya memiliki pendengaran yang tajam dan ini juga mengembangkan otak dari mendengar setiap kata yang diungkapkan padanya. Pada saat tertentu, bayi akan memindahkan memori ini ke dalam memori  jangka panjangnya. Dalam praktek ilmu kesehatan anak, beberapa bayi yang kerap diajak berbincang oleh Ibunya akan menjadi balita yang aktif berbicara.
19.  Bacakan dongeng.Tak pernah ada kata ‘terlalu dini’ untuk sebuah dongeng anak- anak. Bayi menyukai setiap irama perawatan maupun pusisi dengan suara naik dan turun. Kendati, akan ada hari-hari dimana orang dewasa keberatan membacakan dongeng seperti “Kancil dan Pak Tani”. Jika demikian, Kita juga boleh membacakan buku atau majalah pada bayi. Ini akan mencuri perhatian pendengaran bayi.
20.  Komunikasi dengan musik. Beberapa peneliti tentang bayi percaya, bernyanyi dapat memberi pengaruh lebih baik pada otak bayi ketimbang berbicara tanpa musik.  Kendati orang tua bukanlah penyanyi profesional, paling tidak bayi akan mengagumi suara Kita. Bayi manapun suka dengan lagu-lagu yang familiar, kendati Kita hanya menyanyikan lagu yang sedang pop maupun yang diciptakan sendiri. Cobalah berulang-ulang hingga bayi tertarik.
tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.

KOMUNIKASI PADA BALITA

A.   Perkembangan komunikasi usia balita
Perkembangan komunikasi pada usia 1- 1,5 tahun ini,si kecil bukan bayi lagi, memasuki masa balita kemampuan berbicara dan berbahasa si kecil pun berkembang. Perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih 10 kata (mama, papa, kakak, hai, dada, minum, ayo, tidur (bobo),  mau, susu) dan orang tua harus mulai membantu untuk mengenalkan lebih banyak kosakata dan si kecil sudah bisa menunjukan anggota tubuhnya, mengikuti instruksi sederhana, meniru bunyi yang ia kenal, mengulangi kata yang ia dengar, memperhatikan ketika diajak bicara, dan mengucap kata sederhana seperti ‘hai’ atau ‘dada’ pada saat bertemu dan berpisah dengan orang lain serta si kecil juga sudah dapat mengenali benda-benda dan anggota keluarganya .
Kembangkan kemampuan bicaranya, sebagai panutan si kecil dalam berbicara, cobalah untuk tidak menggunakan bahasa bayi. Biasakan berbicara  dengan gaya bicara biasa dengan lafal yang jelas dan benar serta minta anak mengulang kata-kata dengan tepat. Anda juga bisa melatih si kecil bicara dengan memberi pertanyaan kepada si kecil saat acara membaca buku bersama, menyebutkan gambar dan aktivitasnya Ajak si kecil berkomunikasi dengan cara bercerita, bernyanyi, atau mengobrol. Ia juga sudah paham diberi instruksi. Maka coba minta ia melakukan hal yang sama, yaitu mengungkapkan keinginannya dengan bahasa. Jika ia hanya menggunakan bahasa tubuh, minta ia untuk mengucapkan keinginannya. Misalnya, saat ia menunjuk gelas minumnya, coba tanya “kamu mau minum, nak?”. Agar ia tahu kata apa yang harus ia sebutkan saat lain kali meminta minum.
Di usia ini, biasanya anak sudah memahami banyak kata. Ada kesenangan baru yang ia tunjukkan, yaitu mengulang kata-kata baru yang ia dengar. Ia pun berusaha berbicara dan mengoceh secara intensif. Beberapa anak sudah mampu mengucap kalimat dengan dua kata seperti ‘mobil pergi’ atau ‘mau makan’. Kemampuan bernyanyinya pun semakin baik.
Tahun 1,5-2 tahun, sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Ia sudah dapat mengucapkan kalimat yang terdiri atas 2 – 3 kata. Ia dapat menyebutkan banyak nama benda, mengikuti instruksi, dan bernyanyi sempurna. Ia hampir menguasai seluruh kemampuan dasar berbicara         dan     berbahasa.
Kembangkan kemampuan bicaranya, tetaplah bebicara, membacakan buku cerita, dan bernyanyi bersama. Kini anak anda sudah dapat menjadi teman mengobrol yang asyik. Bermain telepon-teleponan juga akan membantu si kecil untuk meningkatkan kemampuan bicaranya. Latih juga ia untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik.
Pada anak usia ini khususnya usia 2-3 tahun anak sudah mampu menguasai 500-900 kata dan banyak kata-kata yang di gunakan  seperti mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa meningkat mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu di ingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara.
3-5 tahun kemampuan berbicara dan berbahasa si kecil nyaris sempurna. Ia sudah mampu menggunakan kata-kata yang menunjukkan arah, menggunakan kalimat dengan 3–5 kata, senang bercerita dan mendengarkan cerita, juga mulai mengenal warna. Di usia ini, si kecil menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam memahami dan mengekspresikan diri dengan menggunakkan bahasa. Kembangkan kemampuan bicaranya, serta orang tua harus melibatkan anak dalam setiap aktivitas berbahasa. Minta ia untuk bercerita mengenai pengalamannya dan bantu ia untuk dapat menggunakan kata waktu dengan tepat. Informasi yang berkaitan dengan diri pun sudah dapat diajarkan seperti alamat rumah, nomor telepon, dan instruksi yang akan membantunya untuk merasa aman bila terpisah dari keluarga. Tidak perlu khawatir pula bila si kecil mengejutkan anda dengan menggunakan kata-kata yang dilarang.


B.   Faktor-faktor yang berhubungan dengan komunikasi
            Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena selama proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin bagus pengatahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat pendidikan. khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Faktor pengetahuan dalam proses komunikasi dapat diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akan jelas dan mudah diterima oleh penerima akan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan menghasilkan informasi yang kurang.
c. Sikap
    Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses kemungkinan berjalan efektif atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka dapat menunjukkan kepercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai dan lain-lain, semuanya itu dapat mendukung berhasilnya komunikasi.
d. Usia Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat perkembangan bahasa anak.
e. Status Kesehatan Anak
    Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan ketiak anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.
f.  Sistem Sosial
    Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, di mana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal  tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang Batak engan orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-sama tidak memahami bahasa daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dan komunikasi.
g. Saluran
    Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi seperti intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya akan dapat memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat mudah kita menerima informasi ataupun pesan yang disampaikan. Demukian sebaliknya apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara  yang tidak jelas kita akan kesulitan menerima pesan atau informasi yang disampaikan.
h. Lingkungan
    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam hal komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkina sulit kita berkomunikasi secara efektif karena suara yang tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan sulit diterima oleh anak.

C.   Teknik komunikasi
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat di lakukan adalah dengan memberitahu apa yang terjadi pada dirinya, memberikan kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan di gunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak di jawab harus di ulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk di jawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktifitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah di ajak komunikasi, mengatur jarak interaksi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menggali konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika di perlukan, jangan sentuh anak tanpa di setujui dari anak, salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan pikiran anak di saat melakukan komunikasi.
Pada usia  12 bulan berbicaralah sambil diikuti gerakan, agar mereka lebih mudah memahami arti kata dan korelasinya. Kenalkan pula mereka dengan berbagai macam suara, suara binatang, pesawat, mobil, dan lain sebagainya.
Pada usia 12-18 bulan, berikanlah pilihan kepada mereka, tawarkan warna baju yang ingin dipakai, pilihan makanan yang diinginkan. Jangan lupa untuk mengajak mereka membaca, bacakan buku cerita sederhana yang mempunyai banyak gambar dan warna-warna yang cerah, sambil mengajak mereka bermain peran.
Komunikasi verbal belum efektif, karena memang belum fasih dalam berbicara. Gunakan kata-kata simple, singkat, yang dikenal oleh anak karena anak hanya dapat menerima informasi secara harfiah. Beri pujian untuk hal-hal yang dicapai sangat egosentris. Hanya melihat sesuatu berpusat pada dirinya (komunikasi berpusat pada dirinya). Kenalkan alat-alat yang akan digunakan, termasuk juga dengan cara kerjanya. Beri kesempatan untuk bertanya dan memegang alat khususnya untuk anak prasekolah (dengan melihat keadaan anak, sampai bagaimana alat tersebut akan      digunakan).
1.    Teknik berkomunikasi pada balita
a.    Ketika memberikan pesan ke anak, tatap matanya dan sejajarkan dengan tinggi anak. Usahakan anak juga menatap mata ayah dan bunda dan berikan wajah yang enak dipandang. (kecuali jika menghukum tunjukkan wajah yang serius)
b.    Gunakan kalimat positif dan  hindari kalimat negatif seperti "jangan malas", "jangan lari-lari", dan lain-lain. Gunakanlah kalimat yang memberikan ide yang baik dan memotivasi. Terkadang ketika memberikan pesan dengan kalimat negatif justru memberi ide buruk, contohnya, ketika memberikan spidol pada anak berkata demikian, “Ini spidolnya nak, jangan mencoret-coret sprei ya,!”. Sekilas pesan ini terkesan baik-baik saja, tetapi disini secara tidak langsung memberikan informasi pada anak bahwa spidol itu dapat digunakan untuk coret-coret sprei yang  awalnya anak tidak terpikirkan untuk coret-coret sprei.
c.    Ketika terpaksa berkata negatif (jangan, tidak boleh,dsb) sertakan alasannya. Karena pada dasarnya anak balita sangat polos. Ketika dilarang, dia tidak paham apalagi ketika melarang menggunakan kalimat yang tidak jelas tujuannya, contohnya, “ehh,jangan kesana !” (tanpa menjelaskan dengan pasti arah mana yang dilarang, kemudian  apa yang akan terjadi jika si anak menuju ke arah yang dilarang tersebut) dan ketika anak tidak paham dan terus melakukannya malah di jewer, aduh, kasian sekali, tidak tahu yang dimaksudkan oleh orang tua si anak malah mendapat sanksi (telinga dijewer).
d.    Gunakan kalimat yang sederhana, jelas dan berilah pengertian, anak balita pada dasarnya hanya meniru semua yang dia lihat. Banyak orang tua menggunakan bahasa yang terkadang tidak dimengerti oleh anak.  Contohnya, "anak ku,kalau di rumah yang rukun dengan adik ya,!" pada kata yang  digaris miring, terkadang anak belum mengerti apa yang dimaksud rukun dan tidak bertanya, berikan penjelasan rukun pada anak dan bagaimana contohnya. Perhatikan kalimat yang kira-kira dia sudah pahami atau belum.
e.    Berikan pujian disaat anak melakukan hal baik, baik itu setelah diperintah atau inisiatif sendiri. Orang tua harus peka terhadap setiap perilaku anak. Karena banyak sekali orang tua yang peka hanya terhadap kesalahan yang dibuat anak, dan jarang memperhatikan ketika anaknya berbuat hal baik.
f.     Biasakan mengucapkan kalimat sayang pada anak,  seringlah untuk berkata “bunda sayang sama adik, ayah sayang sama adik, dan sebagainya”.
g.    Ketika orangtua berbuat salah, jangan pernah ragu untuk meminta maaf. Ini memberi contoh pada anak untuk dapat instropeksi diri.
h.    Ketika anak sulit untuk di ingatkan, coba alihkan perhatiannya pada aktifitas lainnya. Contoh, ketika anak sedang asik mencoret-coret sprei alihkan perhatiannya dengan membuat dia penasaran. "eh nakk... coba lihat bapak punya kertas yang bagus.. sini-sini bagus sekali kertasnya, sekarang coba kalo adik tulis-tulis disini biar bapak bisa tahu apa yang adik tulis”.
2.    Teknik komunikasi pada balita autis
Pemilihan materi yang hendak dipelajari secara bebas, misalnya pada hari pertama pengenalan warna yang akan dipelajari, esok hari mungkin pengenalan huruf, atau kombinasi keduanya dalam satu hari, tergantung dari minat anak tersebut, dan ini semua dikemas dalam sebuah CD-ROM. Dengan menggunakan printer, kartu bergambar obyek dapat dicetak sehingga dapat digunakan tiap waktu, anak autis dalam metoda tatalaksana membutuhkan suasana belajar yang kontinyu, sehingga ia menjadi terlatih.
Tetapi dengan dengan begitu banyak fitur aplikasi multimedia interaktif ini tidak ditujukan untuk menjadi one stop solution, karena dalam pelatihan anak autis tetap diperlukan media lain, aplikasi multimedia interaktif ini membatasi diri hanya untuk menjadi pelengkap.

D.   Hambatan dalam komunikasi
Ada beberapa hambatan pada anak
1.    komunikasi interaksi social
a.    Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
b.    Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi kemudian sirna.
c.    Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
d.    Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
e.    Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
f.     Senang meniru atau membeo (echolalia)
g.    Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak mengerti artinya.
h.    Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara sampai usia dewasa.
i.      Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan.
2.    Gangguan dalam sensoris
a.    Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b.    Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c.    Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
d.    Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut
3.    Pola bermain
a.    Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
b.    Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
c.    Tidak kreatif dan tidak imajinatif.
d.    Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan ,dielus-elus kemudian diciumi dan diputar-putar rodanya.
e.    Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda,&  lain-lain.
f.     Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus dan dibawa kemana-mana.
4.    Perilaku khas
a.    Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).
b.    Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan pada pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan gerakan yang berulang-ulang.
c.    Tidak suka pada perubahan.
d.    Dapat duduk bingung dengan tatapan kosong
5.    Emosi
a.    Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.
b.    Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi keinginannya.
c.    Kadang-kandang suka menyerang dan merusak.
d.    Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
e.    Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

KOMUNIKASI PADA ANAK USIA SEKOLAH

A.   PERKEMBANGAN BAHASA  PADA ANAK USIA SEKOLAH
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal, dan menguasai vocabulary  atau perbendaharaan kata. Terdapat dua faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa yaitu;
1.    Proses jadi matang, dengan kata lain anak itu menjadi matang (organ suara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2.     Proses belajar, yang berarti anak telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Disekolah sengaja diberi pelajaran bahasa untuk menambah menambah perbendaharaan katanya serta mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang. Hal ini dilakukan diharapkan pesrta didik dapat menguasai dan mempergunakan bahasanya dengan baik.

B.   FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMUNIKASI
1.     Perkembangan
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak, perawat harus memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berfikir. Keduanya akan mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat dapat berinteraksi secara sukses dengan mereka.
2.     Persepsi
Persepsi adalah pandangan terhadap apa yang terjadi. Perbedaan persepsi antar individu dapat mempengaruhi komunikasi.
3.    Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai dapat mempengaruhi interpretasi pesan
4.    Emosi
Merupakan perasaan subjektif seseorang terhadap tingkah laku.
5.    Latarbelakang Sosiokultural
Budaya akan mempengaruhi metode komunikasi antara klien dan perawat. Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses komunikasi.
6.     Gender
Jenis kelamin akan mempengaruhi proses komunikasi, karena pria dan wanita memiliki cara berbeda dalam gaya komunikasi.
7.    Pengetahuan
Komunikasi akan menjadi sulit bagi dua orang dengan tingkat pengetahuan yang berbeda.
8.    Peran dan hubungan
Individu berkomunikasi dengan tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran mereka. Cara berbicara akan berbeda dalam menghadapiorang yang berbeda.
9.    Lingkungan
Lingkungan yang nyaman akan membuat komunikasi menjadi lebih baik. Gangguan lingkungan akan mengganggu penyampaian pesan.
10.    Ruang dan teritorial
Teritorial maksudnya wilayah yang harus dipatuhi ketika kita berkomunikasi dengan seseorang.

C.     TEKNIK KOMUNIKASI PADA ANAK USIA SEKOLAH
1.  Teknik komunikasi yang efektif
a)    Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana mengkomunikasikannya
b)    Gunakan bahsa yang jelas dan dapat dimengerti komunikan.
c)    Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat.
d)    Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat.
e)    Dengarkan dengan penuuuh perhatian terhadap apa yang sedang diutarakan komunikan.
f)     Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja.
g)    Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah  harus terjadi umpanbalik antara komunikator dan komunikan.
h)    Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak kontradiksi dengan apa yang diucapkan ð ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi non verbal.
2. Teknik komunikasi pada anak
a)   Melalui orang lain atau pihak ketiga
Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan orangtua secara langsung yang berada di sampingnya.Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
b)   Bercerita
Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah dapat diterima oleh anak mengingat anak sangat suka dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang disampikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan atau gambar.
c)   Memfasilitasi
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harsanak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian.
d)   Biblioterapi
Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan menceritakan isi buku atau majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada anak.
e)   Meminta untuk menyebutkan keinginan
Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
f)    Pilihan pro dan kontra
Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
g)   Penggunaan skala
Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak,cemas,sedih dan lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya.
h)   Menulis
Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau yang lainnyadan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.
i)   Menggambar
Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila ditanyakan tentang maksud dari gambarnya.
j)    Bermain
Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk berkomunukasi, hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

D.   HAMBATAN DALAM BERKOMUNIKASI
1.   Memberikan saran yang tidak terbatas.
2.   Menawarkan jaminan yang tidak tepat.
3.   Memberikan dukungan yang berlebihan.
4.   Mempertahankan suatu pendapat.
5.   Menggunakan komentar yang stereotip ata klise.
6.   Membatasi ekspresi emosi dengan mengajukan pertanyaan tertutup secara langsung.
7.   Menginterupsi dan meneylesaikan kalimat seseorang.
8.   Berbicara lebih banyak daripada klien yang diwawancarai.
9.   Membuat kesimpulan terlalu cepat .
10.Mengubah fokus secara sengaja.



KOMUNIKASI PADA MASA REMAJA

A.   Perkembangan komunikasi pada masa remaja
Pada masa ini, remaja sudah dapat menunjukan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, pola pikir remaja sudah mulai menunjukan kearah yang lebih positif. Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan, mereka mencari rasa aman yang biasa didapatkan pada masa kanak-kanak. Orang tua ataupun orang yang terdekat dengan remaja harus menghindari sikap menilai atau menghakimi terhadap apa yang dilakukan.
Remaja harus diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya. remaja butuh diskusi dalam menangani masalahnya sehingga penjelasan tentang persepsi yang kurang tepat sangat penting dilakukan. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi,.
Dalam berkomunikasi, remaja sering menggunakan bahasa yang telah berkembang, ia telah banyak belajar dari lingkungan dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan, karena kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang didalam keluarga atau bahasa itu.  Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya, sehingga pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. 
Apabila remaja bicara disertai emosional maka cara terbaik yang dilakukan adalah memberi perhatian, mencoba untuk tidak menyela (interupsi) dan hindari komentar/ekspresi yang menimbulkan kesan terkejut/mencela.
B.   Faktor-faktor yang berhubungan dengan komunikasi
1.    Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima informasi dan makin bagus pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.
2.    Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi berjalan efektif atau tidak (hal tersebut dapat ditunjukan seseorang yang memiliki sikap kurang baik akan menyebapkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator, demikian sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukan sikap yang baik maka dapat menunjukan kepercayaan dari penerima pesan atau informasi). Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti, percaya, empati menghargai dan lain-lain, kesemuanya dapat mendukung berhasilnya komunikasi yang baik.
A.   Perkembangan Komunikasi Dewasa
Pada usia dewasa terjadi:
·         Puncak kematangan fisik: suatu gejala dimana suatu individu sudah mencapai batas maksimal pertumbuhan dan perkembangan fisiknya seperti berat badan, bentuk tubuh dan organ-organ tubuh didalamnya.
·         Mental: Bisa mengambil keputusan serta mampu mengambil resiko dari keputusan sendiri, dapat mengendalikan emosi.
·         Sosial: Mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, mampu menerima perbedaan didalam lingkungan itu sendiri, bisa menjadi pemimpin dalam kelompok atau perkumpulan.
Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa dengan cara mengembangkan komunikasi sebagai media transfer informasi seperti memberikan motivasi, solusi, dan informasi yang dibutuhkan orang lain (individu atau kelompok).
Orang dewasa juga biasanya berkomunikasi untuk mencari serta mendapatkan informasi atau hal-hal lain untuk menambah pengetahuan baik secara verbal maupun nonverbal.Materi komunikasi pada masa ini adalah: kegiatan kerumah tanggaan, kegiatan professional, dan kegiatan sosial.




3.    Status kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan ketika seseorang sakit atau mengalami gangguan psikologis maka ia cenderung kurang komunikatif atau pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mecapai komunikasi yang efektif
4.    System sosial
System sosial yang dimaksud adalah budaya yang ada dimasyarakat, dimana setiap daerah memiliki budaya atau cara yang berbeda. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses komunikasi seperti orang batak dengan orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-sama tidak memahami bahasa daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dari komunikasi.
5.    lingkungan
lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam komunikasi yang dimaksud ini dapat berupa situasi atau lokasi yang ada. Lingkungan baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang.
6.    Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya dan bertambah pengalaman serta meningkatkan kebutuhan bahasa. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan bahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukan cara berkomunikasi dengan baik.
7.    Status sosial ekonomi
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situsai yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru  oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi beda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak dari perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang yang hidup dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik, dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
8.    Kondisi fisik
Kondisi fisik yang dimaksud adalah kesehatan seorang anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam bahasanya.
C.   Teknik komunikasi
1.    Secara umum teknik komunikasi yang dilakukan adalah :
a.    Mendengarkan
Adalah proses aktif dari penerimaan informasi dan pengolahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima. Contoh sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah : pandang klien saat sedang berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, anggukkan kepala jika klien membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan balik.
b.    Klarifikasi
Adalah berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan artinya. Contohnya orang tua mengatakan “saya belum paham dengan apa yang kamu katakan, dapatkah kamu menjelaskan kembali”.
c.    Pemusatan
Adalah pertanyaan atau pernyataan yang membantu klien meluaskan topik pembicaraan yang penting, contohnya orang tua menanyakan kepada anaknya mengenai pelajaran disekolahnya, apakah mengalami kesulitan, atau ada pelajaran yang kurang disukai dan tidak menanyakan hal-hal yang lain mengenai uang jajan.
2.    Teknik komunikasi yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap remaja yang mulai beranjak dewasa adalah :
a.    Mendengar supaya remaja mau berbicara.
Hal yang perlu dilakukan oleh orang tua ketika berkomunikasi dengan anaknya adalah memberikan kesempatan kepada remaja untuk berbicara mengenani apa yang ingin disampaikannya dan orang tua berusaha untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh remaja, hal ini dapat membuat remaja merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan orang tua.
b.    Mengenal diri remaja dengan cara memahami perasaannya.
Agar komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak sebagai lawan bicara ketika dia sedang mengalami masalah, karena banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya yang diajak bicara.
D.   Hambatan dalam komunikasi
1.    Secara umum hambatan yang terjadi dalam komunikasi adalah sebagai berikut :
a.    Kurangnya pengetahuan
b.    Perbedan persepsi
c.    Pesan yang kurang jelas
d.    Perbedaan status, pengetahuan dan bahasa.
2.    Hambatan komunikasi yang sering terjadi antara orang tua dan remaja adalah : 
a.    Orang tua merasa tau lebih banyak dari pada remaja
b.    Tidak memberikan kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat.
c.    Orang tua cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan.
d.    Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan memahaminya.
e.    Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang dialami remaja.
f.     Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan terhadap remaja.

KOMUNIKASI PADA LANSIA

A.  Perkembangan Komunikasi Pada Lansia.
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap.Berdasarkan penelitian oleh Ryan (1994)
Lanjut Usia dalam berkomunikasi sering menggunakan perbendaharaan kata yang terbatas daripada anak muda. Hal ini disebabkan adanya stereotipe dan persepsi orang muda terhadap lanjut usia sehingga akan berdampak juga pada proses komunikasi. Sehingga lansia sulit dalam berkomunikasi dengan orang lain harus mengubah bentuk komunikasi. Bentuk komunikasi adalah ciri karakteristik (tata bahasa dan berbicara lambat) dengan menggunakan strategi pengenalan (kalimat sederhana dan penuh artikulasi) dan nada (tone). Peneliti menyarankan disaat lansia telah memiliki stereotipe yang negatif, lansia lebih suka menjadi target pola komunikasi ini (Hummert;1990). Jadi bagi praktiisi penting untuk menghindari pola pembicaraan saat berkomunikasi dengan lansia atau klien lansia yang lemah
Masalah yang sering pada saat berkomunikasi pada lansia yaitu  timbul perilaku dalam komunikasi antara lain karena komunikator kurang menguasai tekhnik komunikasi. Komunikan mempunyai pandangan apriori, emosi, suasana yang otoriter, ketidakmampuan untuk berubah walau salah dan egosentris serta adanya factor situasional yaitu kondisi dan situasi dimana komunikasi tersebut berlangsung.
Perawat sebagai komponen yang penting dan orang yang terdekat dengan klien sangat dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik secara verbal maupun non verbal.Kondisi lansia yang telah mengalami perubahan dan penurunan baik struktur anatomisnya maupun fungsi dari ogan tubuhnya menuntut pemahaman dan kesadaran tersendiri bagi tenaga kesehatan selama memberikan pelyanan kesehatan. Perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis / emosi, interaksi social maupun spiritual dari lansia membutuhkan pendekatan dan tekhnik tersendiri dalam berkomunikasi. Untuk itu agar dapat berinteraksi khususnya berkomunikasi dengan lansia secara baik, perawat perlu memahami tentang karakteristik lansia, penggunaan tekhnik komunikasi yang tepat dan model model komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien.
B.  Faktor-faktor yang berhubungan dengan komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi baik sebagai factor pendukung maupun penghambat terjadinya komunikasi yang efektif, tidak lepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi itu sendiri.
1.    Faktor Sumber Pesan (Source)
Sebagai seorang professional (perawat), sumber pesan/informasi adalah sangat penting. Beberapa factor sumber yang mempengaruhi kasus komunikasi adalah :
a.    Bahasa yang digunakan
Kebanyakan sumber-sumber informasi/pesan menggunakan bahasa asing (Inggris) yang menghambat individu memperoleh sumber karena kenyatannya memang belum banyak yang memahami bahasa asing tersebut.
b.    Factor teknis
Terkait dengan teknis operasional dalam memanfaatkan sumber informasi.



c.    Ketersediaan dan keterjangkauan sumber
Bentuk ketersediaan sumber dari buku, surat kabar, dan internet, individu dapat menjangkau untuk memperoleh informasi/pesan dengan mengakses internet atau membeli buku-buku sebagai sumber informasi.
2.    Factor komunikator (Comunicator)
Komunikasi dapat berjalan lancar dan efektif karena adanya factor komunikator.
a.    Penampilan dan sikap
Penampilan komunikator meliputi sikap, ekspresi verbal maupun non verbal, busana yang dipakai dan kerapian komunikator. Sikap yang ditunjukan seperti senyum, rendah hati, saling percaya.
b.    Penguasaan masalah
Seorang komunikator akan tegas dan mantap dalam menyampaikan pesan bila dia menguasai apa yang akan disampaikan.
c.    Penguasaan bahasa
Penguasaan bahasa dapat membantu komunikator dalam memperoleh sumber yang bagus dan berkualitas.
d.    Kesempatan
Kesempatan bagi komunikator adalah adanya waktu dan tempat serta suasana psikologis yang memungkinkan terlaksananya komunikasi secara dinamis.
e.    Saluran
Saluran yang dimaksud adalah alat indra yang digunakan komunikator dalam mendapatkan dan menyampaikan pesan.
3.    Factor Pesan (massage)
a.    Teknik penyampaian pesan yang digunakan
Teknik penyampaian pesan yang digunakan ini sering terganggu karena factor bahasa (language factor) dan factor tehnis (noice factor) selama pesan disamaikan.
b.    Bentuk pesan
Bentuk pesan yang disampaikan dapat bersifat informative, persuasive, dan koersif.
c.    Pesan sesuai kebutuhan
Pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat menimbulkan keterarikan atau sebaliknya kepada komunikan,
d.    Jelas
Pesan yang disampaikan dengan jelas dan mudah diterima oleh komunikan akan lebih Nampak hasilnya dan efektifnya proses komunikasi.
e.    Simple
isi pesan yang disampaikan tidak terlalu banyak.
4.    Factor media/saluran
Menurut Kariyoso (1994), media/sarana yang digunakan adalah mata, hidung, otak, tangan, dan telinga. Kerusakan yang terjadi pada salah satu media ini mengalami kerusakan maka akan berpengaruh pada jalannya komunikasi.
5.    Factor umpan balik
Terjadinya umpan balik dalam proses komunikasi menandakan komunikasi berjalan aktif.
6.    Factor komunikan
Keberhasilan komunikasi tidak bisa lepas dari peran dan pengaruh komunikan.
7.    Factor efek
Komunikasi dengan tujuan tertentu bila tidak membawa dampak atau efek yang nyata maka orang akan jemu atau bosan.



C. Tehnik Komunikasi
Komunikasi pada lansia membuhtukan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik , psikologi,emosi dan social yang mempengaruhi pola komunikasi. Komunikasi yang biasa dilakukan lansia bukan hanya sebatas tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman, tetapi juga hubungan intim yng teraupetik.
Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang memadahi tentang karakteristik lansia petugas kesehatan/perawat juga harus mempunyai tehnik-tehnik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
1. Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
         kecepatan dan tekanan suara yang tepat dan menyesuaikan pada topik pembicaraan. Berikan kesempatan lansia  untuk berbicara hindari  mendominasi, pembicaran saat berbicara dengan lansia tetapi  sebaiknya dorong lansia untuk berperan aktif  dan rubah topik pembicaaraan   bila lansia tidak interest lagi Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak / Ibu yang bagus ini?Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit. Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
2. Teknik Berkomunikasi dengan Lansia
a.    menyediakan waktu ekstra
  1. mengurangi kebisingan
  2. duduk berhadapan
  3. menjaga kontak mata
  4. mendengar aktif
  5. berbicara pelan, jelas dan keras
  6. gunakan kata-kata atu kalimat yang sederhana dan pendek
  7. menetapkan satu topik dalam satu waktu
  8. awali percakapan dengan topik sederhana
  9. bicarakan tentang topik yang familiar dan menarik bagi lansia.
  10. beri kesempatan lansia untuk mengenang masa lalu.
  11. menyampaikan instruksi secara tertulis dan sederhana.
3.  Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.
a.  Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan
b. Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapkan pesan-pesan      
        verbal dan merupakan metode primer yang non verbal.
c. Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi 
        keperawatan yang akan diberikan.
d. Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
e. Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
f. Secara periodic mengklarifikasi pesan.
h. Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong  
        untuk berfokus pada informasi.
 i.Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
 j. Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang
mengancam dan akan mengakiri interview.
  k. Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
4. Lingkungan wawancara.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin
.

F.Hambatan dalam Komunikasi
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apa bila ada sikap agresif dan sikap nonagresif
1.    Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku –perilaku dibawa ini:
-       Berusaha mengontrol & mendominasi orang lain (lawan bicara)
-       Meremehkan orang lain
-       Mempertahankan haknya degan menyerang orang lain
-       Menonjolkan diri sendiri
-       Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun dengan tindakan.
2.    Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah:
-       Menarik diri bila diajak bicara
-       Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
-       Merasa tidak berdaya
-       Tidak berani mengungkapkan keyakinan
-       Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
-       Tampil diam (pasif)
-       Mengikuti kehendak orang lain
-       Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KHUSUS

A.   Pengertian
1.    Kelompok gangguan pendengaran
adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran.
2.    Kelompok gangguan penglihatan
 adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.  Tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu: buta  total (Blind) dan low vision.
3.    Kelompok gangguan bicara
  adalah individu yang mengalami hambatan dalam pembicaraan.

B. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Komunikasi
1.    Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir dari orang tersebut.
2.    Persepsi
Adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh harapan atau pengalaman.
3.    Nilai
Adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi kita untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklasifikasikan nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi dengan klien.
4.    Emosi
Merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian, seperti marah, sedih, senang dan akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat.
5.    Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi dengan seseorang.
6.    Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda.
7.    Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien.
8.    Peran dan hubungan
Cara berkomunikasi seorang perawat dengan kolagennya, dengan cara berkomunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda tergantung perannya.
9.    Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif.
10. Jarak
Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol.

C. Teknik Komunikasi
1.  Teknik Komunikasi Pada Kelompok Khusus Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat terjadi berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang terjadi akibat kerusakan system saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat kerusakan struktur penghantar rangsang suara.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Berikut adalah tehnik – tehnik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran.
a.  Orientasikan kehadiran diri anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien.
b.  Usahakan menggunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah   dengan    perlahan untuk   memudahkan   klien membaca gerak bibir anda.
c.   Usahakan berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan  sikap tubuh dan mimic wajah yang lazim.
d.  Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu ( misalnya makanan atau permen karet ).
e.  Gunakan bahasa pantomin bila memungkinkan dengan gerakan  sederhana dan perlahan.
f.    Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
g.  Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar ( symbol ).

2.  Teknik Komunikasi Pada Kelompok Khusus Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal : kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterus, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengarn dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain. Sebagai contoh, ketika melakukan orientasi ruang perawatan, klien harus mendapat keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara lisan, misalnya dengan menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa langkah posisi tempat tidur dari pintu, letak kamar mandi, dan sebagainya.
Berikut adalah teknik teknik yang perlu diperhatiakn selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
         a.       Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
         b.       Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda.
         c.       Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
         d.       Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.
         e.       Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi.
          f.       Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya.
         g.       Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru.
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.  Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
2.  Periksa lingkungan fisik
3.  Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4.  Komunikasikan pesan secara singkat
5.  Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah :
1.  Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2.  Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3.  Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna untuk sipasien.
4.  Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5.  Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6.  Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
7.  Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat  sederhana  baik bahasa, pengungkapan dan  penyampaiannya. Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.

3.  Teknik Komunikasi Pada Kelompok Khusus Gangguan Wicara
Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.
Pada saat berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara, hal – hal berikut perlu diperhatikan.
a.  Perawat benar – benar dapat memperhatikan mimic dan      gerak bibir  klien.
b.  Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan  mengulang  kembali kata – kata yang diucapkan klien.
c.   Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topic.
d.  Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
e.  Memperhatikan setiap detil komunikasi sehingga pesan dapat diterima  dengan baik.
f.    Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan symbol.
g.  Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi   lisan dengan klien untuk menjadi       mediator komunikasi.

F. Hambatan Dalam Komunikasi
1.    Komunikasi pada kelompok gangguan pendengaran
a.  Mengalami kesulitan dalam menerima dan memberikan informasi dalam interaksinya.
b.  Mudah marah dan cepat tersinggung (apabila salah dalam mendengar).
c.   Kurangnya kesadaran akan aspek-aspek diri sendiri yang akan sangat mempengaruhi interaksi dengan orang lain.

2.     Komunikasi pada kelompok gangguan penglihatan
a.    Kesulitan melakukan komunikasi secara visual dengan bahasa tubuh.
b.    Klien kesulitan menangkap atau memahami informasi dalam bahasa visual.
c.    Klien tidak dapat melihat  dan mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan padanya, dan  klien hanya dapat merasakannya saja.

3.    Komunikasi pada kelompok gangguan wicara
a.  Mengalami kesulitan dalam menyampaikan informasi
b.  Mudah tersinggung apabila perkataanny tidak dipahami secara terus menerus
c.   Merasa minder saat diajak berkomunikasi











































1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site: The Latest Site to Win
    Lucky Club casino luckyclub.live site Lucky Club is one of the latest site to win progressive jackpots from the largest progressive jackpots in history. You can also find

    BalasHapus