KOMUNIKASI
PADA BAYI
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan
adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat
komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan
secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka
bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana
bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua
belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai
menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun
pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan
lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan
terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada
akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara
dua atau tiga kata.
Selain
melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada
bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan teknik sentuhan
seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
Bicara
merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih
bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat
terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud
oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar
orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar
berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling
efektif dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain yang dipakai
anak sebelum pandai berbicara.
Sesaat
setelah dilahirkan, bayi sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui
gerakan tubuh dan suara. Menangispun menjadi sarana komunikasi bagi sikecil. Setiap
tangisannya memiliki arti yang berbeda. Ketika merespon tangisan dan
berinteraksi dengannya membantu bayi belajar tentang cara berkomunikasi dengan
orang-orang disekitarnya.
Fase
pertumbuhan dan perkembangan komunikasi bayi meliputi:
a. Fase prelinguistic / pralinguistik
Terjadi pada
umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir
belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa.
Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi
juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif dari pada terencana. Periode ini disebut prelinguistik.
Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa
konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati atau
bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi
fisik dan audiologi. Selanjutnya, intervensi direncanakan
untuk membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati
dan bereaksi terhadap suara.
b. Kata pertama
Terjadi pada
umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah
pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut
sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga
tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif,
adanya kontrol, dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti
pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat
merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan
awal anak.
c. Kalimat pertama
Terjadi pada
umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan dimulainya
produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung
cepat pada sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda
dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya
dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan pemakaian
bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman
afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam
memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk
kata benda dan kata kerja.
d. Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Terjadi pada
umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke
jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin
dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan
peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan
pemakaian bentuk fonem dewasa
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa :
a. Intelegensi (kecerdasan)
b. Jenis kelamin
c. Bilingual (dua bahasa)
d. Status tunggal atau kembar
e. Rangsangan/ dorongan orang tua.
B.
Perkembangan komunikasi sesuai
usia.
Dalam tahap pencapaian
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat di kelompokan ke dalam 2 kelompok besar
yakni kelompok usia 0-6 tahun yang terbagi menjadi tahap prenatal yang terdiri
dari massa embrio (mulai konsepsi-8 minggu ) dan massa fetus (mulai 9
minggu-lahir), tahap post natal yang terdiri dari massa neunatus (0-28 hari)
dan massa bayi (29 hari-1 tahun), tahap pra sekolah (3-6 tahun), dan kelompok
usia 6 tahun ke atas yang terbagi dalam massa pra remaja (6-10 tahun) dan massa
remaja (10-18/20 tahun).
Tahapan perkembangan bayi di bagi
menjadi 2, yaitu
1.
Massa neonatus (0 -
28 hari),
Pada perkembangan bahasa di
tunjukan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan
bereaksi terhadap suara atau bel dan pada perkembangan adaptasi sosial
di tunjukan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali sesorang.
2. Massa bayi (28 hari-1 tahun)
Pada massa bayi hingga 1 tahun
dalam pertumbuhan dan perkembangan dapat di kelompokan menjadi 3 tahap, tahap
pertama adalah 1 - 4 bulan, tahap ke dua 4 - 8 bulan, tahap ke tiga 8 - 12
bulan
a. Umur 1-4 bulan
Pada perkebangan bahasa di tandai dengan adanya
kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai
mampu mengucapakan kata ooh atau ah, tertawa dan berteriak, mengoceh sepontan
atau bereaksi dengan mengoceh.
Perkembangan adaptasi sosial mulai untuk mengamati
tanganya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila di ajak bersenyum, mengenal
ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada
wajah manusia, waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu jaga,
membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda,
membedakan wajah-wajah yang di kenal dan tidak dikenal, senang menetap
wajah-wajah yang di kenalnya, diam saja apabila ada orang asing.
b. Umur 4 - 8 bulan
Pada
perkembangan bahasa, dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh
kearah suara atau menoleh kearah sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan
vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari 2 suku kata dan
dapat membuat dua bunyi vocal yang bersamaan seperti ba..ba.
Perkembangan adaptasi sosial merasa terpakasa jika ada
orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing,
mudah frustasi dan memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal.
c. Umur 8 – 12 bulan
Pada perkembangan bahasa mulai mampu mengatakan papa,
mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat
mengucapakan 1 – 2 kata, sedangkan perkembangan adaptasi sosial dimulai
kemampuan untuk betepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan
cangkir, menirukan kegiatan orang, main-main bola atau lainnya dengan orang.
Langkah-langkah
untuk membantu perkembangan bahasa anak :
1. Membaca. Kegiatan ini adalah kegiatan yang paling
penting yang dapat dilakukan bersama anak setiap hari. Ketika orang tua
membaca, tunjuklah gambar yang ada di buku dan sebutkan nama dari gambar
tersebut keras-keras. Mintalah anak untuk menunjuk gambar yang sama dengan yang
ada sebutkan tadi. Buatlah kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menarik
bagi anak dan lakukanlah setiap hari.
2. Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang
tua dan anak lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
3. Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari,
dapat berupa nama-nama tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang
disiapkan baginya.
4. Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak.
Berikan kesempatan baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin
dia sampaikan.
5. Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah
mereka ketika berbicara atau mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa
mereka sangat penting.
C. Teknik-teknik
komunikasi pada bayi
Beberapa cara komunikasi yang efektif pada
bayi :
1. Tangkap
sorot mata bayi sebelum memulai percakapan. Dan tarik perhatiannya lebih lama
untuk mendapatkan respon apresiatif.
2. Komunikasikan secara berulang setiap kalimat yang
disampaikan kepada bayi. Contohnya, mama datang nak, kenapa nangis??? Diulang
beberapa kali.
3. Dahulukan komunikasi sebelum melakukan tindakan pada
bayi.
4. Lebih
responsif. Kita mungkin berpikir, bayi tidak
banyak bicara sampai berusia 1 ½ hingga 2 tahun. Kenyataannya, bayi
"berbicara" sejak Ia lahir. Bagi bayi mungil, bahasa adalah
suara atau gerakan yang membuat orang dewasa di sekitarnya merespon. Kemudian,
bayi baru lahir belajar bahasa sebagai alat pertukaran sosial
yang bisa digunakan untuk mendapatkan perhatian dan memenuhi kebutuhan.
Seiring pertumbuhan bayi, lakukan komunikasi dengan beberapa alat,
seperti, ekspresi wajah, bahasa tubuh, gerak tubuh, mengoceh, dan akhirnya,
kata-kata yang diucapkan. Berjalannya waktu juga menambah kosakata bayi, bahkan
sebelum dia mulai berbicara. Dengan menanggapi setiap respon, dan
berbicara dengan bayi, Kita membantunya memperbaiki dan mengembangkan
kemampuan komunikasi. Ketika bayi "bicara", orang tua belajar untuk
mendengarkan. Ketika bayi memberi isyarat, memberi gerakan minta digendong,
orang dewasa membaca dan merespon menggendong bayi. Ketika isyarat bayi
terbaca dengan tepat dan direspon secara sensitif, bayi termotivasi untuk
memberikan isyarat lebih. Bayi juga akan menyimpan lebih banyak
memori tentang koneksi isyarat-respon di otaknya. Bayi juga
percaya, dia akan mendapatkan respon yang tepat untuk isyarat. Ketika bayi
merasa kebutuhannya kerap terpenuhi dari komunikasi dengan orang tuanya, ini
juga meningkatkan
kepercayaan bayi.
5. Panggil
bayi dengan sebutan atau nama. Sementara bayi belum dapat
mengaitkan nama dengan dirinya sendiri hingga tahun pertama, mendengarnya kerap
dipanggilkan akan memicu asosiasi mental. Bayi juga dapat mengenali suara
khusus ketika kerap mendengar sebelumnya sehingga sinyal terdengar
lebih menyenangkan.
6. Tetap
sederhana. Gunakan kalimat pendek, terdiri atas dua
atau tiga kata, maupun satu atau dua suku kata dengan gaya pemanjangan
sedikit berlebihan, misal: "Chuby sayaaaaang".
7. Bicara dengan suara yang wajar.
Ini merupakan cara yang alami untuk membantu bayi membedakan berbicara di
lingkungan dengan di tempat yang ramai.
8. Bicara saat suasana tenang.
Hindari bicara saat anak menagis.Sebaiknya, ia ditenangkan lebih dahulu.
9. Kurangi suara-suara yang tidak perlu.
Misalnya, kecilkan suara musik saat bicara dengan bayi.
10. Gendonglah bayi.
Atau ambil posisi sejajar dengan bayi, kemudian bicara sambil saling menatap
mata.Misalnya, anda sedang menari dengan bayi, katakan anda dan bayi sedang
menari.
11. Ekspresi jelas.
Berbicaralah dengan ekspresi jelas. Apakah anda sedang gembira atau
mengkhawatirkannya.
12. Kenali sinyal-sinyal dan bahasa tubuh bayi.
Apakah ia sudah ingin berhenti atau masih ingin beraktivitas.
13. Pusatkan perhatian pada respon bayi.
Tanggapi pesan-pesan yang disampaikannya melalui bahasa tubuh atau ekspresi
wajahnya.
14. Gunakan komunikasi positif, jelas dan konsisten.
Untuk membantu bayi menyerap suara orang tua. Ini dapat membimbing bayi
memahami maksud orang tua.
15. Jadilah pendengar aktif.
Menunjukkan minat dan menghargai lawan bicara sangatlah penting dalam
berkomunikasi. Apakah anda pendengar yang baik atau bukan, bayi akan meniru apa
yang ia lihat. Anda model bagi si kecil untuk menjadi pendengar aktif
16. Buat
pengalaman menyenangkan. Katakan, "da-dah
kuciiing" sembari melambai pada kucing peliharaan atau di
kejauhan. Bayi mungkin lebih mengingat kata-kata yang berhubungan dengan
gerakan. Berikan kalimat dengan infleksi di akhir kalimat.
Membesar-besarkan kata isyarat. Bayi menjadi bosan dengan suara lama yang sama.
17. Beri
pertanyaan.Tanyakan “Apakah Chuby ingin menyusuu?” ,
dengan melempar pertanyaan meninggi atau memanjang di akhir kalimat,
dapat memancing respon bayi dan ini adalah sebuah hal yang alami.
18. Bicarakan
apa yang Kita lakukan. Sembari mengerjakan tugas
harian seperti mengganti baju, memandikan dan mengenakan pakaian pada bayi,
cobalah bernarasi tentang apa yang Kita lakukan. Misal, “..oke sekarang Ibu
mengambil popok ya.. lalu kamu pakai baju dulu ya..” . Bayi sesungguhnya
memiliki pendengaran yang tajam dan ini juga mengembangkan otak dari mendengar
setiap kata yang diungkapkan padanya. Pada saat tertentu, bayi akan memindahkan
memori ini ke dalam memori jangka panjangnya. Dalam praktek ilmu
kesehatan anak, beberapa bayi yang kerap diajak berbincang oleh Ibunya akan
menjadi balita yang aktif berbicara.
19. Bacakan
dongeng.Tak pernah ada kata ‘terlalu dini’ untuk
sebuah dongeng anak- anak. Bayi menyukai setiap irama perawatan maupun pusisi
dengan suara naik dan turun. Kendati, akan ada hari-hari dimana orang dewasa
keberatan membacakan dongeng seperti “Kancil dan Pak Tani”. Jika demikian, Kita
juga boleh membacakan buku atau majalah pada bayi. Ini akan mencuri perhatian
pendengaran bayi.
20. Komunikasi
dengan musik. Beberapa peneliti tentang bayi percaya,
bernyanyi dapat memberi pengaruh lebih baik pada otak bayi ketimbang berbicara
tanpa musik. Kendati orang tua bukanlah penyanyi profesional, paling
tidak bayi akan mengagumi suara Kita. Bayi manapun suka dengan lagu-lagu yang
familiar, kendati Kita hanya menyanyikan lagu yang sedang pop maupun yang
diciptakan sendiri. Cobalah berulang-ulang hingga bayi tertarik.
tersebut agar dapat memperbaiki atau
membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan
suatu pembicaraan.
KOMUNIKASI
PADA BALITA
A.
Perkembangan
komunikasi usia balita
Perkembangan
komunikasi pada usia 1- 1,5 tahun ini,si kecil bukan bayi lagi, memasuki masa
balita kemampuan berbicara dan berbahasa si kecil pun berkembang. Perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih 10 kata
(mama, papa, kakak, hai, dada, minum, ayo, tidur (bobo), mau, susu) dan orang tua harus mulai membantu
untuk mengenalkan lebih banyak kosakata dan si kecil sudah bisa menunjukan
anggota tubuhnya, mengikuti instruksi sederhana, meniru bunyi yang ia kenal,
mengulangi kata yang ia dengar, memperhatikan ketika diajak bicara, dan
mengucap kata sederhana seperti ‘hai’ atau ‘dada’ pada saat bertemu dan
berpisah dengan orang lain serta si kecil juga sudah dapat mengenali benda-benda
dan anggota keluarganya .
Kembangkan kemampuan
bicaranya, sebagai panutan si kecil dalam berbicara, cobalah untuk tidak
menggunakan bahasa bayi. Biasakan berbicara dengan gaya bicara biasa dengan lafal yang
jelas dan benar serta minta anak mengulang kata-kata dengan tepat. Anda juga
bisa melatih si kecil bicara dengan memberi pertanyaan kepada si kecil saat
acara membaca buku bersama, menyebutkan gambar dan aktivitasnya Ajak si kecil
berkomunikasi dengan cara bercerita, bernyanyi, atau mengobrol. Ia juga sudah
paham diberi instruksi. Maka coba minta ia melakukan hal yang sama, yaitu
mengungkapkan keinginannya dengan bahasa. Jika ia hanya menggunakan bahasa
tubuh, minta ia untuk mengucapkan keinginannya. Misalnya, saat ia menunjuk
gelas minumnya, coba tanya “kamu mau minum, nak?”. Agar ia tahu kata apa yang
harus ia sebutkan saat lain kali meminta minum.
Di
usia ini, biasanya anak sudah memahami banyak kata. Ada kesenangan baru yang ia
tunjukkan, yaitu mengulang kata-kata baru yang ia dengar. Ia pun berusaha
berbicara dan mengoceh secara intensif. Beberapa anak sudah mampu mengucap
kalimat dengan dua kata seperti ‘mobil pergi’ atau ‘mau makan’. Kemampuan
bernyanyinya pun semakin baik.
Tahun
1,5-2 tahun, sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Ia
sudah dapat mengucapkan kalimat yang terdiri atas 2 – 3 kata. Ia dapat
menyebutkan banyak nama benda, mengikuti instruksi, dan bernyanyi sempurna. Ia
hampir menguasai seluruh kemampuan dasar berbicara dan berbahasa.
Kembangkan kemampuan bicaranya, tetaplah bebicara, membacakan buku cerita, dan bernyanyi bersama. Kini anak anda sudah dapat menjadi teman mengobrol yang asyik. Bermain telepon-teleponan juga akan membantu si kecil untuk meningkatkan kemampuan bicaranya. Latih juga ia untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik.
Kembangkan kemampuan bicaranya, tetaplah bebicara, membacakan buku cerita, dan bernyanyi bersama. Kini anak anda sudah dapat menjadi teman mengobrol yang asyik. Bermain telepon-teleponan juga akan membantu si kecil untuk meningkatkan kemampuan bicaranya. Latih juga ia untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik.
Pada
anak usia ini khususnya usia 2-3 tahun anak sudah mampu menguasai 500-900 kata
dan banyak kata-kata yang di gunakan
seperti mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia
tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa meningkat mudah merasa kecewa dan rasa
bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi berpusat pada dirinya, takut
terhadap ketidaktahuan dan perlu di ingat bahwa pada usia ini anak masih belum
fasih dalam berbicara.
3-5
tahun kemampuan berbicara dan berbahasa si kecil nyaris sempurna. Ia sudah
mampu menggunakan kata-kata yang menunjukkan arah, menggunakan kalimat dengan
3–5 kata, senang bercerita dan mendengarkan cerita, juga mulai mengenal warna.
Di usia ini, si kecil menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam memahami dan mengekspresikan
diri dengan menggunakkan bahasa. Kembangkan kemampuan bicaranya, serta orang
tua harus melibatkan anak dalam setiap aktivitas berbahasa. Minta ia untuk
bercerita mengenai pengalamannya dan bantu ia untuk dapat menggunakan kata
waktu dengan tepat. Informasi yang berkaitan dengan diri pun sudah dapat
diajarkan seperti alamat rumah, nomor telepon, dan instruksi yang akan
membantunya untuk merasa aman bila terpisah dari keluarga. Tidak perlu khawatir
pula bila si kecil mengejutkan anda dengan menggunakan kata-kata yang dilarang.
B. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan komunikasi
Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena
selama proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a.
Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin bagus pengatahuan
yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat
dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu
diperhatikan tingkat pendidikan. khususnya orang tua karena berbagai informasi akan
mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan
yang dimilikinya.
b.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses belajar dengan
menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk
dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan. Faktor pengetahuan dalam
proses komunikasi dapat diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan cukup, maka
informasi yang disampaikan akan jelas dan mudah diterima oleh penerima akan
tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan menghasilkan informasi yang kurang.
c. Sikap
Sikap
dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses kemungkinan berjalan efektif atau
tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik
akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator, demikian
sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka dapat
menunjukkan kepercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yang
diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai
dan lain-lain, semuanya itu dapat mendukung berhasilnya komunikasi.
d. Usia
Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi,
hal ini dapat ditunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam
komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat perkembangan bahasa
anak.
e. Status
Kesehatan Anak
Status
kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan
ketiak anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka cenderung anak kurang
komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan
kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang efektif.
f. Sistem Sosial
Sistem
sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, di mana setiap
daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal tersebut
dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang Batak engan orang
Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-sama
tidak memahami bahasa daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan
dan komunikasi.
g. Saluran
Saluran
ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi seperti
intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya akan dapat memberikan
pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi
dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat mudah kita
menerima informasi ataupun pesan yang disampaikan. Demukian sebaliknya apabila
kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara yang tidak jelas kita
akan kesulitan menerima pesan atau informasi yang disampaikan.
h. Lingkungan
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam hal komunikasi
yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada. Lingkungan
yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi
sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang. Hal
ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat
yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan
bisa berjalan dengan baik, kemungkina sulit kita berkomunikasi secara efektif
karena suara yang tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan sulit
diterima oleh anak.
C. Teknik komunikasi
Pada
usia ini cara berkomunikasi yang dapat di lakukan adalah dengan memberitahu apa
yang terjadi pada dirinya, memberikan kesempatan pada mereka untuk menyentuh
alat pemeriksaan yang akan di gunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat,
jika tidak di jawab harus di ulang lebih jelas dengan pengarahan yang
sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk di jawab seperti kata-kata “jawab
dong”, mengalihkan aktifitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi
dengan maksud anak mudah di ajak komunikasi, mengatur jarak interaksi dimana
kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran
diri dimana kita harus menggali konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat
dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan
persetujuan jika di perlukan, jangan sentuh anak tanpa di setujui dari anak,
salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan pikiran anak di
saat melakukan komunikasi.
Pada usia 12 bulan berbicaralah sambil diikuti gerakan,
agar mereka lebih mudah memahami arti kata dan korelasinya. Kenalkan pula
mereka dengan berbagai macam suara, suara binatang, pesawat, mobil, dan lain
sebagainya.
Pada usia
12-18 bulan,
berikanlah pilihan kepada mereka, tawarkan warna baju yang ingin dipakai,
pilihan makanan yang diinginkan. Jangan lupa untuk mengajak mereka membaca,
bacakan buku cerita sederhana yang mempunyai banyak gambar dan warna-warna yang
cerah, sambil mengajak mereka bermain peran.
Komunikasi verbal belum efektif,
karena memang belum fasih dalam berbicara. Gunakan kata-kata simple, singkat,
yang dikenal oleh anak karena anak hanya dapat menerima informasi secara
harfiah. Beri pujian untuk hal-hal yang dicapai sangat egosentris. Hanya
melihat sesuatu berpusat pada dirinya (komunikasi berpusat pada dirinya).
Kenalkan alat-alat yang akan digunakan, termasuk juga dengan cara kerjanya.
Beri kesempatan untuk bertanya dan memegang alat khususnya untuk anak
prasekolah (dengan melihat keadaan anak, sampai bagaimana alat tersebut akan digunakan).
1. Teknik berkomunikasi pada balita
a. Ketika memberikan pesan ke anak,
tatap matanya dan sejajarkan dengan tinggi anak. Usahakan anak juga menatap
mata ayah dan bunda dan berikan wajah yang enak dipandang. (kecuali jika
menghukum tunjukkan wajah yang serius)
b. Gunakan kalimat positif dan
hindari kalimat negatif seperti "jangan malas", "jangan
lari-lari", dan lain-lain. Gunakanlah kalimat yang memberikan ide yang
baik dan memotivasi. Terkadang ketika memberikan pesan dengan kalimat negatif
justru memberi ide buruk, contohnya, ketika memberikan spidol pada anak berkata
demikian, “Ini spidolnya nak, jangan mencoret-coret sprei ya,!”. Sekilas pesan
ini terkesan baik-baik saja, tetapi disini secara tidak langsung memberikan
informasi pada anak bahwa spidol itu dapat digunakan untuk coret-coret sprei yang awalnya anak tidak terpikirkan untuk
coret-coret sprei.
c. Ketika terpaksa berkata negatif
(jangan, tidak boleh,dsb) sertakan alasannya. Karena pada dasarnya anak balita
sangat polos. Ketika dilarang, dia tidak paham apalagi ketika melarang
menggunakan kalimat yang tidak jelas tujuannya, contohnya, “ehh,jangan kesana
!” (tanpa menjelaskan dengan pasti arah mana yang dilarang, kemudian apa yang akan terjadi jika si anak menuju ke
arah yang dilarang tersebut) dan ketika anak tidak paham dan terus melakukannya
malah di jewer, aduh, kasian sekali, tidak tahu yang dimaksudkan oleh orang tua
si anak malah mendapat sanksi (telinga dijewer).
d. Gunakan kalimat yang sederhana,
jelas dan berilah pengertian, anak balita pada dasarnya hanya meniru semua yang
dia lihat. Banyak orang tua menggunakan bahasa yang terkadang tidak dimengerti
oleh anak. Contohnya, "anak
ku,kalau di rumah yang rukun dengan adik
ya,!" pada kata yang digaris miring, terkadang anak belum
mengerti apa yang dimaksud rukun dan tidak bertanya, berikan penjelasan rukun
pada anak dan bagaimana contohnya. Perhatikan kalimat yang kira-kira dia sudah
pahami atau belum.
e. Berikan pujian disaat anak melakukan
hal baik, baik itu setelah diperintah atau inisiatif sendiri. Orang tua harus
peka terhadap setiap perilaku anak. Karena banyak sekali orang tua yang peka
hanya terhadap kesalahan yang dibuat anak, dan jarang memperhatikan ketika
anaknya berbuat hal baik.
f. Biasakan mengucapkan kalimat sayang
pada anak, seringlah untuk berkata “bunda sayang sama adik, ayah sayang
sama adik, dan sebagainya”.
g. Ketika orangtua berbuat salah,
jangan pernah ragu untuk meminta maaf. Ini memberi contoh pada anak untuk dapat
instropeksi diri.
h. Ketika anak sulit untuk di ingatkan,
coba alihkan perhatiannya pada aktifitas lainnya. Contoh, ketika anak sedang
asik mencoret-coret sprei alihkan perhatiannya dengan membuat dia penasaran.
"eh nakk... coba lihat bapak punya kertas yang bagus.. sini-sini bagus
sekali kertasnya, sekarang coba kalo adik tulis-tulis disini biar bapak bisa
tahu apa yang adik tulis”.
2. Teknik komunikasi pada balita autis
Pemilihan
materi yang hendak dipelajari secara bebas, misalnya pada hari pertama
pengenalan warna yang akan dipelajari, esok hari mungkin pengenalan huruf, atau
kombinasi keduanya dalam satu hari, tergantung dari minat anak tersebut, dan
ini semua dikemas dalam sebuah CD-ROM. Dengan menggunakan printer, kartu
bergambar obyek dapat dicetak sehingga dapat digunakan tiap waktu, anak autis
dalam metoda tatalaksana membutuhkan suasana belajar yang kontinyu, sehingga ia
menjadi terlatih.
Tetapi dengan dengan begitu banyak fitur aplikasi multimedia interaktif ini tidak ditujukan untuk menjadi one stop solution, karena dalam pelatihan anak autis tetap diperlukan media lain, aplikasi multimedia interaktif ini membatasi diri hanya untuk menjadi pelengkap.
Tetapi dengan dengan begitu banyak fitur aplikasi multimedia interaktif ini tidak ditujukan untuk menjadi one stop solution, karena dalam pelatihan anak autis tetap diperlukan media lain, aplikasi multimedia interaktif ini membatasi diri hanya untuk menjadi pelengkap.
D. Hambatan dalam komunikasi
Ada
beberapa hambatan pada anak
1. komunikasi
interaksi social
a. Perkembangan
bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
b. Anak tampak
seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi kemudian sirna.
c. Kadang
kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
d. Mengoceh
tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang
lain.
e. Bicara tidak
dipakai untuk alat berkomunikasi
f. Senang
meniru atau membeo (echolalia)
g. Bila senang
meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak mengerti artinya.
h. Sebagian
dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara sampai usia
dewasa.
i.
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan
apa yang ia inginkan.
2. Gangguan
dalam sensoris
a. Sangat
sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b. Bila
mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c. Senang
mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
d. Tidak
sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut
3. Pola bermain
a. Tidak
bermain seperti anak-anak pada umumnya.
b. Tidak suka
bermain dengan anak sebayanya.
c. Tidak
kreatif dan tidak imajinatif.
d. Tidak
bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan ,dielus-elus kemudian diciumi
dan diputar-putar rodanya.
e. Senang pada benda-benda
yang berputar, seperti kipas angin, roda,& lain-lain.
f. Dapat sangat
lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus dan dibawa
kemana-mana.
4. Perilaku
khas
a. Dapat
berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).
b. Memperlihatkan
stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung,
berputar-putar, mendekatkan pada pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik,
melakukan gerakan yang berulang-ulang.
c. Tidak suka
pada perubahan.
d. Dapat duduk
bingung dengan tatapan kosong
5. Emosi
a. Sering
marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.
b. Temper
tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi keinginannya.
c. Kadang-kandang
suka menyerang dan merusak.
d. Kadang-kadang
anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
e. Tidak
mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
KOMUNIKASI
PADA ANAK USIA SEKOLAH
A. PERKEMBANGAN BAHASA
PADA ANAK USIA SEKOLAH
Bahasa adalah sarana
komunikasi dengan orang lain. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang
pesatnya kemampuan mengenal, dan menguasai vocabulary atau perbendaharaan
kata. Terdapat dua faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa yaitu;
1. Proses jadi matang, dengan
kata lain anak itu menjadi matang (organ suara sudah berfungsi) untuk
berkata-kata.
2. Proses belajar, yang berarti anak telah matang
untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi
atau meniru ucapan yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Disekolah sengaja diberi pelajaran bahasa untuk menambah menambah perbendaharaan katanya serta mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang. Hal ini dilakukan diharapkan pesrta didik dapat menguasai dan mempergunakan bahasanya dengan baik.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Disekolah sengaja diberi pelajaran bahasa untuk menambah menambah perbendaharaan katanya serta mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang. Hal ini dilakukan diharapkan pesrta didik dapat menguasai dan mempergunakan bahasanya dengan baik.
B. FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMUNIKASI
1. Perkembangan
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak, perawat harus memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berfikir. Keduanya akan mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat dapat berinteraksi secara sukses dengan mereka.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak, perawat harus memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berfikir. Keduanya akan mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat dapat berinteraksi secara sukses dengan mereka.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan terhadap apa yang terjadi. Perbedaan persepsi antar individu dapat mempengaruhi komunikasi.
Persepsi adalah pandangan terhadap apa yang terjadi. Perbedaan persepsi antar individu dapat mempengaruhi komunikasi.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai dapat mempengaruhi interpretasi pesan
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai dapat mempengaruhi interpretasi pesan
4. Emosi
Merupakan perasaan subjektif seseorang terhadap tingkah laku.
Merupakan perasaan subjektif seseorang terhadap tingkah laku.
5. Latarbelakang Sosiokultural
Budaya akan mempengaruhi metode komunikasi antara klien dan perawat. Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses komunikasi.
Budaya akan mempengaruhi metode komunikasi antara klien dan perawat. Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses komunikasi.
6. Gender
Jenis kelamin akan mempengaruhi proses komunikasi, karena pria dan wanita memiliki cara berbeda dalam gaya komunikasi.
Jenis kelamin akan mempengaruhi proses komunikasi, karena pria dan wanita memiliki cara berbeda dalam gaya komunikasi.
7. Pengetahuan
Komunikasi akan menjadi sulit bagi dua orang dengan tingkat pengetahuan yang berbeda.
Komunikasi akan menjadi sulit bagi dua orang dengan tingkat pengetahuan yang berbeda.
8. Peran dan hubungan
Individu berkomunikasi dengan tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran mereka. Cara berbicara akan berbeda dalam menghadapiorang yang berbeda.
Individu berkomunikasi dengan tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran mereka. Cara berbicara akan berbeda dalam menghadapiorang yang berbeda.
9. Lingkungan
Lingkungan yang nyaman akan membuat komunikasi menjadi lebih baik. Gangguan lingkungan akan mengganggu penyampaian pesan.
Lingkungan yang nyaman akan membuat komunikasi menjadi lebih baik. Gangguan lingkungan akan mengganggu penyampaian pesan.
10. Ruang dan teritorial
Teritorial maksudnya wilayah yang harus dipatuhi ketika kita berkomunikasi
dengan seseorang.
C. TEKNIK
KOMUNIKASI PADA ANAK USIA SEKOLAH
1. Teknik
komunikasi yang efektif
a) Yakinkan apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana
mengkomunikasikannya
b) Gunakan bahsa yang jelas dan dapat dimengerti
komunikan.
c) Gunakan media komunikasi yang tepat dan adekuat.
d) Ciptakan iklim komunikasi yang baik dan tepat.
e) Dengarkan dengan penuuuh perhatian terhadap apa yang
sedang diutarakan komunikan.
f) Hindarkan komunikasi yang tidak disengaja.
g) Ingat bahwa komunikasi adalah proses dua arah
harus terjadi umpanbalik antara komunikator dan komunikan.
h) Yakinkan bahwa tindakan yang dilakukan tidak
kontradiksi dengan apa yang diucapkan ð ekspresi verbal harus sesuai dengan ekspresi
non verbal.
2. Teknik
komunikasi pada anak
a) Melalui
orang lain atau pihak ketiga
Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan orangtua secara langsung yang berada di sampingnya.Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan orangtua secara langsung yang berada di sampingnya.Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
b) Bercerita
Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah dapat diterima oleh anak mengingat anak sangat suka dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang disampikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan atau gambar.
Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah dapat diterima oleh anak mengingat anak sangat suka dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang disampikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan atau gambar.
c) Memfasilitasi
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harsanak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harsanak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian.
d) Biblioterapi
Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan menceritakan isi buku atau majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada anak.
Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan menceritakan isi buku atau majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada anak.
e) Meminta untuk menyebutkan keinginan
Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
f) Pilihan pro dan kontra
Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
g) Penggunaan skala
Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak,cemas,sedih dan lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya.
Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak,cemas,sedih dan lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya.
h) Menulis
Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau yang lainnyadan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.
Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau yang lainnyadan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.
i) Menggambar
Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila ditanyakan tentang maksud dari gambarnya.
Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila ditanyakan tentang maksud dari gambarnya.
j) Bermain
Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk berkomunukasi, hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk berkomunukasi, hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
D. HAMBATAN
DALAM BERKOMUNIKASI
1.
Memberikan
saran yang tidak terbatas.
2.
Menawarkan
jaminan yang tidak tepat.
3.
Memberikan
dukungan yang berlebihan.
4.
Mempertahankan
suatu pendapat.
5.
Menggunakan
komentar yang stereotip ata klise.
6.
Membatasi
ekspresi emosi dengan mengajukan pertanyaan tertutup secara langsung.
7.
Menginterupsi
dan meneylesaikan kalimat seseorang.
8.
Berbicara
lebih banyak daripada klien yang diwawancarai.
9.
Membuat
kesimpulan terlalu cepat .
10.Mengubah
fokus secara sengaja.
KOMUNIKASI PADA MASA
REMAJA
A.
Perkembangan
komunikasi pada masa remaja
Pada masa ini, remaja sudah dapat menunjukan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, pola pikir
remaja sudah mulai menunjukan kearah yang lebih positif. Oleh karena itu pada
saat anak mengalami ketegangan, mereka mencari rasa aman yang biasa didapatkan
pada masa kanak-kanak. Orang tua ataupun orang yang terdekat dengan remaja
harus menghindari sikap menilai atau menghakimi terhadap apa yang dilakukan.
Remaja harus diberi kesempatan untuk
mengekspresikan perasaannya. remaja butuh diskusi dalam menangani masalahnya
sehingga penjelasan tentang persepsi yang kurang tepat sangat penting
dilakukan. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat
menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi,.
Dalam berkomunikasi, remaja sering
menggunakan bahasa yang telah berkembang, ia telah banyak belajar dari
lingkungan dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan,
karena kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan
yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. lingkungan remaja mencakup
lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya dan
lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang didalam
keluarga atau bahasa itu. Dengan
demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda
pula kemampuan dan perkembangan bahasanya, sehingga pembentukan kepribadian
yang dihasilkan dari pergaulan akan memberi ciri khusus dalam perilaku
bahasa.
Apabila remaja bicara disertai emosional maka
cara terbaik yang dilakukan adalah memberi perhatian, mencoba untuk tidak
menyela (interupsi) dan hindari komentar/ekspresi yang menimbulkan kesan
terkejut/mencela.
B.
Faktor-faktor
yang berhubungan dengan komunikasi
1.
Pendidikan
Semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima informasi dan
makin bagus pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat
secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi dengan anak atau orang
tua juga perlu diperhatikan tingkat pendidikan khususnya orang tua karena
berbagai informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai
dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.
2.
Sikap
Sikap
dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi berjalan efektif atau
tidak (hal tersebut dapat ditunjukan seseorang yang memiliki sikap kurang baik
akan menyebapkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator, demikian
sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukan sikap yang baik maka dapat
menunjukan kepercayaan dari penerima pesan atau informasi). Sikap yang
diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti, percaya, empati menghargai dan
lain-lain, kesemuanya dapat mendukung berhasilnya komunikasi yang baik.
A. Perkembangan
Komunikasi Dewasa
Pada usia dewasa terjadi:
·
Puncak kematangan fisik:
suatu gejala dimana suatu individu sudah mencapai batas maksimal pertumbuhan
dan perkembangan fisiknya seperti berat badan, bentuk tubuh dan organ-organ
tubuh didalamnya.
·
Mental: Bisa mengambil keputusan
serta mampu mengambil resiko dari keputusan sendiri, dapat mengendalikan emosi.
·
Sosial: Mampu beradaptasi
dengan lingkungan baru, mampu menerima perbedaan didalam lingkungan itu
sendiri, bisa menjadi pemimpin dalam kelompok atau perkumpulan.
Teknik
komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa dengan cara mengembangkan
komunikasi sebagai media transfer informasi seperti memberikan motivasi,
solusi, dan informasi yang dibutuhkan orang lain (individu atau kelompok).
Orang
dewasa juga biasanya berkomunikasi untuk mencari serta mendapatkan informasi
atau hal-hal lain untuk menambah pengetahuan baik secara verbal maupun
nonverbal.Materi komunikasi pada masa ini adalah: kegiatan kerumah tanggaan,
kegiatan professional, dan kegiatan sosial.
3.
Status kesehatan
Status
kesehatan dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat diperlihatkan
ketika seseorang sakit atau mengalami gangguan psikologis maka ia cenderung
kurang komunikatif atau pasif, dengan demikian dalam komunikasi membutuhkan
kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mecapai komunikasi yang efektif
4.
System sosial
System
sosial yang dimaksud adalah budaya yang ada dimasyarakat, dimana setiap daerah
memiliki budaya atau cara yang berbeda. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses
komunikasi seperti orang batak dengan orang Madura ketika berkomunikasi dengan
bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-sama tidak memahami bahasa daerah maka
akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dari komunikasi.
5.
lingkungan
lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam komunikasi yang
dimaksud ini dapat berupa situasi atau lokasi yang ada. Lingkungan baik atau
tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan komunikasi sedangkan
lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang.
6.
Umur anak
Manusia
bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya dan bertambah
pengalaman serta meningkatkan kebutuhan bahasa. Pada masa remaja perkembangan
biologis yang menunjang kemampuan bahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan dengan
dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukan
cara berkomunikasi dengan baik.
7. Status
sosial ekonomi
Keluarga
yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situsai yang baik
bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk
dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota
keluarga yang berstatus sosial tinggi beda dengan keluarga yang berstatus
sosial rendah. Hal ini akan tampak dari perbedaan perkembangan bahasa bagi anak
yang yang hidup dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik, dengan kata lain
pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
8. Kondisi
fisik
Kondisi
fisik yang dimaksud adalah kesehatan seorang anak. Seseorang yang cacat yang
terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap dan organ
suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam bahasanya.
C.
Teknik
komunikasi
1.
Secara umum teknik
komunikasi yang dilakukan adalah :
a.
Mendengarkan
Adalah
proses aktif dari penerimaan informasi dan pengolahan reaksi seseorang terhadap
pesan yang diterima. Contoh sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang
baik adalah : pandang klien saat sedang berbicara, tidak menyilangkan kaki dan
tangan, anggukkan kepala jika klien membicarakan hal yang penting atau
memerlukan umpan balik.
b.
Klarifikasi
Adalah
berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta
klien untuk menjelaskan artinya. Contohnya orang tua mengatakan “saya belum
paham dengan apa yang kamu katakan, dapatkah kamu menjelaskan kembali”.
c.
Pemusatan
Adalah
pertanyaan atau pernyataan yang membantu klien meluaskan topik pembicaraan yang
penting, contohnya orang tua menanyakan kepada anaknya mengenai pelajaran
disekolahnya, apakah mengalami kesulitan, atau ada pelajaran yang kurang
disukai dan tidak menanyakan hal-hal yang lain mengenai uang jajan.
2. Teknik komunikasi yang harus dilakukan oleh
orang tua terhadap remaja yang mulai beranjak dewasa adalah :
a. Mendengar supaya remaja mau berbicara.
Hal yang perlu dilakukan oleh orang tua
ketika berkomunikasi dengan anaknya adalah memberikan kesempatan kepada remaja
untuk berbicara mengenani apa yang ingin disampaikannya dan orang tua berusaha
untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh remaja, hal ini dapat membuat
remaja merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan orang tua.
b. Mengenal diri remaja dengan cara memahami
perasaannya.
Agar komunikasi dapat lebih efektif orang tua
perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak sebagai
lawan bicara ketika dia sedang mengalami masalah, karena banyak terjadi masalah
dalam berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan karena orang tua kurang
dapat memahami perasaan anaknya yang diajak bicara.
D.
Hambatan
dalam komunikasi
1.
Secara umum hambatan yang
terjadi dalam komunikasi adalah sebagai berikut :
a.
Kurangnya pengetahuan
b.
Perbedan persepsi
c.
Pesan yang kurang jelas
d. Perbedaan
status, pengetahuan dan bahasa.
2. Hambatan komunikasi yang sering terjadi
antara orang tua dan remaja adalah :
a.
Orang tua merasa tau lebih banyak dari pada remaja
b.
Tidak memberikan kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat.
c.
Orang tua cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan.
d.
Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya.
e.
Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang
dialami remaja.
f.
Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus
dilakukan terhadap remaja.
KOMUNIKASI PADA LANSIA
A. Perkembangan
Komunikasi Pada Lansia.
Lanjut
usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap.Berdasarkan penelitian oleh Ryan (1994)
“
Lanjut Usia dalam berkomunikasi
sering menggunakan perbendaharaan kata yang terbatas daripada anak muda. Hal
ini disebabkan adanya stereotipe dan persepsi orang muda terhadap lanjut usia
sehingga akan berdampak juga pada proses komunikasi. Sehingga lansia sulit
dalam berkomunikasi dengan orang lain harus mengubah bentuk komunikasi. Bentuk
komunikasi adalah ciri karakteristik (tata bahasa dan berbicara lambat) dengan
menggunakan strategi pengenalan (kalimat sederhana dan penuh artikulasi) dan
nada (tone). Peneliti menyarankan disaat lansia telah memiliki stereotipe yang
negatif, lansia lebih suka menjadi target pola komunikasi ini (Hummert;1990).
Jadi bagi praktiisi penting untuk menghindari pola pembicaraan saat
berkomunikasi dengan lansia atau klien lansia yang lemah
Masalah
yang sering pada saat berkomunikasi pada lansia yaitu timbul perilaku dalam komunikasi antara lain
karena komunikator kurang menguasai tekhnik komunikasi. Komunikan mempunyai
pandangan apriori, emosi, suasana yang otoriter, ketidakmampuan untuk berubah
walau salah dan egosentris serta adanya factor situasional yaitu kondisi dan
situasi dimana komunikasi tersebut berlangsung.
Perawat
sebagai komponen yang penting dan orang yang terdekat dengan klien sangat
dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan baik secara verbal maupun non
verbal.Kondisi lansia yang telah mengalami perubahan dan penurunan baik
struktur anatomisnya maupun fungsi dari ogan tubuhnya menuntut pemahaman dan
kesadaran tersendiri bagi tenaga kesehatan selama memberikan pelyanan
kesehatan. Perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis / emosi, interaksi
social maupun spiritual dari lansia membutuhkan pendekatan dan tekhnik
tersendiri dalam berkomunikasi. Untuk itu agar dapat berinteraksi khususnya
berkomunikasi dengan lansia secara baik, perawat perlu memahami tentang
karakteristik lansia, penggunaan tekhnik komunikasi yang tepat dan model model
komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi klien.
B. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan komunikasi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi baik sebagai factor pendukung maupun penghambat
terjadinya komunikasi yang efektif, tidak lepas dari unsur-unsur yang terdapat
dalam proses komunikasi itu sendiri.
1. Faktor
Sumber Pesan (Source)
Sebagai seorang professional
(perawat), sumber pesan/informasi adalah sangat penting. Beberapa factor sumber
yang mempengaruhi kasus komunikasi adalah :
a. Bahasa
yang digunakan
Kebanyakan sumber-sumber
informasi/pesan menggunakan bahasa asing (Inggris) yang menghambat individu
memperoleh sumber karena kenyatannya memang belum banyak yang memahami bahasa
asing tersebut.
b. Factor
teknis
Terkait dengan teknis
operasional dalam memanfaatkan sumber informasi.
c. Ketersediaan
dan keterjangkauan sumber
Bentuk ketersediaan sumber
dari buku, surat kabar, dan internet, individu dapat menjangkau untuk
memperoleh informasi/pesan dengan mengakses internet atau membeli buku-buku
sebagai sumber informasi.
2. Factor
komunikator (Comunicator)
Komunikasi dapat berjalan
lancar dan efektif karena adanya factor komunikator.
a. Penampilan
dan sikap
Penampilan komunikator
meliputi sikap, ekspresi verbal maupun non verbal, busana yang dipakai dan
kerapian komunikator. Sikap yang ditunjukan seperti senyum, rendah hati, saling
percaya.
b. Penguasaan
masalah
Seorang komunikator akan
tegas dan mantap dalam menyampaikan pesan bila dia menguasai apa yang akan
disampaikan.
c. Penguasaan
bahasa
Penguasaan bahasa dapat
membantu komunikator dalam memperoleh sumber yang bagus dan berkualitas.
d. Kesempatan
Kesempatan bagi komunikator adalah
adanya waktu dan tempat serta suasana psikologis yang memungkinkan
terlaksananya komunikasi secara dinamis.
e. Saluran
Saluran yang dimaksud adalah
alat indra yang digunakan komunikator dalam mendapatkan dan menyampaikan pesan.
3. Factor
Pesan (massage)
a. Teknik
penyampaian pesan yang digunakan
Teknik penyampaian pesan
yang digunakan ini sering terganggu karena factor bahasa (language factor) dan factor tehnis (noice factor) selama pesan disamaikan.
b. Bentuk
pesan
Bentuk pesan yang
disampaikan dapat bersifat informative, persuasive, dan koersif.
c. Pesan
sesuai kebutuhan
Pesan yang disampaikan
seorang komunikator dapat menimbulkan keterarikan atau sebaliknya kepada
komunikan,
d. Jelas
Pesan yang disampaikan
dengan jelas dan mudah diterima oleh komunikan akan lebih Nampak hasilnya dan
efektifnya proses komunikasi.
e. Simple
isi pesan yang disampaikan
tidak terlalu banyak.
4. Factor
media/saluran
Menurut Kariyoso (1994),
media/sarana yang digunakan adalah mata, hidung, otak, tangan, dan telinga.
Kerusakan yang terjadi pada salah satu media ini mengalami kerusakan maka akan
berpengaruh pada jalannya komunikasi.
5. Factor
umpan balik
Terjadinya umpan balik dalam
proses komunikasi menandakan komunikasi berjalan aktif.
6. Factor
komunikan
Keberhasilan komunikasi
tidak bisa lepas dari peran dan pengaruh komunikan.
7. Factor
efek
Komunikasi dengan tujuan
tertentu bila tidak membawa dampak atau efek yang nyata maka orang akan jemu
atau bosan.
C. Tehnik
Komunikasi
Komunikasi
pada lansia membuhtukan perhatian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik , psikologi,emosi dan social yang mempengaruhi pola komunikasi.
Komunikasi yang biasa dilakukan lansia bukan hanya sebatas tukar menukar
perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman, tetapi juga hubungan intim yng
teraupetik.
Untuk
dapat melakukan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang
memadahi tentang karakteristik lansia petugas kesehatan/perawat juga harus
mempunyai tehnik-tehnik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
1. Tekhnik komunikasi dengan
penggunaan bahasa yang baik.
kecepatan dan tekanan suara yang tepat dan menyesuaikan pada topik pembicaraan. Berikan kesempatan lansia untuk berbicara hindari mendominasi, pembicaran saat berbicara dengan lansia tetapi sebaiknya dorong lansia untuk berperan aktif dan rubah topik pembicaaraan bila lansia tidak interest lagi Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak / Ibu yang bagus ini?Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit. Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
kecepatan dan tekanan suara yang tepat dan menyesuaikan pada topik pembicaraan. Berikan kesempatan lansia untuk berbicara hindari mendominasi, pembicaran saat berbicara dengan lansia tetapi sebaiknya dorong lansia untuk berperan aktif dan rubah topik pembicaaraan bila lansia tidak interest lagi Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak / Ibu yang bagus ini?Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit. Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
2. Teknik Berkomunikasi dengan
Lansia
a.
menyediakan
waktu ekstra
- mengurangi kebisingan
- duduk berhadapan
- menjaga kontak mata
- mendengar aktif
- berbicara pelan, jelas dan keras
- gunakan kata-kata atu kalimat yang sederhana dan pendek
- menetapkan satu topik dalam satu waktu
- awali percakapan dengan topik sederhana
- bicarakan tentang topik yang familiar dan menarik bagi lansia.
- beri kesempatan lansia untuk mengenang masa lalu.
- menyampaikan instruksi secara tertulis dan sederhana.
3.
Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.
a.
Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan
b. Bila hanya menyentuh tangannya
hanya untuk mengucapkan pesan-pesan
verbal dan merupakan metode primer yang
non verbal.
c. Jelaskan tujuan dari wawancara
dan hubungan dengan intervensi
keperawatan yang akan diberikan.
d.
Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
e.
Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
f.
Secara periodic mengklarifikasi pesan.
h.
Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong
untuk berfokus pada informasi.
i.Jangan berespon yang menonjolkan rasa
simpati.
j. Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan
yang
mengancam dan akan mengakiri
interview.
k. Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
4. Lingkungan wawancara.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin.
F.Hambatan
dalam Komunikasi
Proses
komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apa bila
ada sikap agresif dan sikap nonagresif
1. Agresif
Sikap
agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku –perilaku dibawa
ini:
- Berusaha
mengontrol & mendominasi orang lain (lawan bicara)
- Meremehkan
orang lain
- Mempertahankan
haknya degan menyerang orang lain
- Menonjolkan
diri sendiri
- Mempermalukan
orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun dengan tindakan.
2. Non
Asertif
Tanda-tanda
dari sikap non asertif ini adalah:
- Menarik
diri bila diajak bicara
- Merasa
tidak sebaik orang lain (rendah diri)
- Merasa
tidak berdaya
- Tidak
berani mengungkapkan keyakinan
- Membiarkan
orang lain membuat keputusan untuk dirinya
- Tampil
diam (pasif)
- Mengikuti
kehendak orang lain
- Mengorbankan
kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
KOMUNIKASI
PADA KELOMPOK KHUSUS
A. Pengertian
1.
Kelompok gangguan
pendengaran
adalah seseorang yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya
yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat
pendengaran.
2.
Kelompok gangguan
penglihatan
adalah individu yang
memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan ke
dalam dua golongan yaitu: buta total (Blind)
dan low vision.
3. Kelompok
gangguan bicara
adalah individu
yang mengalami hambatan dalam pembicaraan.
B. Faktor
– Faktor Yang Berhubungan Dengan Komunikasi
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi
efektif perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa,
maupun proses berpikir dari orang tersebut.
2. Persepsi
Adalah pandangan pribadi
seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh
harapan atau pengalaman.
3. Nilai
Adalah standar yang
mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi kita untuk menyadari nilai
seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklasifikasikan nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi dengan klien.
4. Emosi
Merupakan perasaan subjektif
terhadap suatu kejadian, seperti marah, sedih, senang dan akan dapat
mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat.
5. Latar
belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi
akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara
bertindak dan berkomunikasi dengan seseorang.
6. Jenis
kelamin
Setiap jenis kelamin
mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan
mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Perawat perlu mengetahui tingkat
pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya
dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien.
8. Peran
dan hubungan
Cara berkomunikasi seorang
perawat dengan kolagennya, dengan cara berkomunikasi seorang perawat pada klien
akan berbeda tergantung perannya.
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan
mempengaruhi komunikasi yang efektif.
10. Jarak
Jarak tertentu menyediakan
rasa aman dan kontrol.
C. Teknik
Komunikasi
1. Teknik Komunikasi Pada Kelompok
Khusus Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat terjadi
berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal
ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang
terjadi akibat kerusakan system saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi
akibat kerusakan struktur penghantar rangsang suara.
Pada klien dengan gangguan
pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual.
Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi
dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat
penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya
sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Berikut adalah tehnik – tehnik
komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran.
a. Orientasikan kehadiran diri anda dengan
cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien.
b. Usahakan menggunakan bahasa yang
sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien
membaca gerak bibir anda.
c.
Usahakan
berbicara dengan posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh
dan mimic wajah yang lazim.
d. Jangan melakukan pembicaraan ketika
anda sedang mengunyah sesuatu ( misalnya makanan atau permen
karet ).
e. Gunakan bahasa pantomin bila
memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.
f.
Gunakan
bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
g. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk
dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar
( symbol ).
2. Teknik Komunikasi Pada Kelompok
Khusus Gangguan Penglihatan
Gangguan
penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal : kornea, lensa
mata, kekeruhan humor viterus, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf
penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain
dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus
hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat kerusakan
visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung
pada pendengarn dan sentuhan. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus
mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan
sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui
indra yang lain. Sebagai contoh, ketika melakukan orientasi ruang perawatan,
klien harus mendapat keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara
lisan, misalnya dengan menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa
langkah posisi tempat tidur dari pintu, letak kamar mandi, dan sebagainya.
Berikut adalah teknik ‑ teknik yang perlu diperhatiakn selama berkomunikasi
dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
a.
Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien
bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan /
kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
b.
Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan
peran) anda.
c.
Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi
klien tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda
memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
d.
Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata –
kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.
e.
Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya
/ memutus komunikasi.
f.
Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar
disekitarnya.
g.
Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah
ke lingkungan / ruangan yang baru.
Agar komunikasi
dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan lancar dan
mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam
berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara
2. Periksa
lingkungan fisik
3. Perlu adanya
ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4. Komunikasikan
pesan secara singkat
5. Komunikasikan
hal-hal yang berharga saja.
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien
dengan gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator
yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan
klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi
dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan adalah :
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan
saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut
tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan
kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang
disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna
untuk sipasien.
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri
maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi
pasien, karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik
dan lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari
kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan
menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya
dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya.
Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara
sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan
baik.
3. Teknik Komunikasi Pada Kelompok
Khusus Gangguan Wicara
Gangguan wicara dapat terjadi akibat
kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persarafan.
Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya
pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan
wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat
atau menggunakan tulisan dan gambar.
Pada saat berkomunikasi dengan klien
dengan gangguan wicara, hal – hal berikut perlu diperhatikan.
a. Perawat benar – benar dapat
memperhatikan mimic dan gerak bibir klien.
b. Usahakan memperjelas hal yang
disampaikan dengan mengulang kembali kata – kata yang
diucapkan klien.
c.
Mengendalikan
pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topic.
d. Mengendalikan pembicaraan sehingga
menjadi lebih rileks dan pelan.
e. Memperhatikan setiap detil
komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik.
f.
Apabila
perlu, gunakan bahasa tulisan dan symbol.
g. Apabila memungkinkan, hadirkan orang
yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan klien untuk
menjadi mediator komunikasi.
F. Hambatan Dalam Komunikasi
1. Komunikasi
pada kelompok gangguan pendengaran
a. Mengalami kesulitan dalam menerima
dan memberikan informasi dalam interaksinya.
b. Mudah marah dan cepat tersinggung
(apabila salah dalam mendengar).
c. Kurangnya kesadaran akan aspek-aspek
diri sendiri yang akan sangat mempengaruhi interaksi dengan orang lain.
2. Komunikasi pada kelompok gangguan
penglihatan
a.
Kesulitan
melakukan komunikasi secara visual dengan bahasa tubuh.
b.
Klien
kesulitan menangkap atau memahami informasi dalam bahasa visual.
c.
Klien
tidak dapat melihat dan mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan
padanya, dan klien hanya dapat merasakannya saja.
3. Komunikasi pada kelompok gangguan
wicara
a. Mengalami
kesulitan dalam menyampaikan informasi
b. Mudah
tersinggung apabila perkataanny tidak dipahami secara terus menerus
c. Merasa
minder saat diajak berkomunikasi
Lucky Club Casino Site: The Latest Site to Win
BalasHapusLucky Club casino luckyclub.live site Lucky Club is one of the latest site to win progressive jackpots from the largest progressive jackpots in history. You can also find